KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
mana berkat rahmat dan hidayahNya, berkat ilmu yang diciptakanNya, kita dapat
hidupp dengan segala kenikmatan dan penuh rasa syukur, dan bahkan kami dapat
menyelesaikan Laporan praktikum embriologi ini. Sahalawat beriring salam kami
haturkan keharibaan nabi besar Muhammad SAW, yang berkat jasa dan upayanya kita
dapat keluar dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan seperti sekarang ini.
Dalam pembuatan laporan praktikum embriologi ini dengan
topik bahasan “Pengukuran Panjang Foetus” kami sebagai pelajar yang masih terus
menimba ilmu dari orang yang lebih ahli dibidangnya, kami masih punya begitu
banyak kekurangan dan kendala dalam melakukan praktikum dan pembuatan
laporannya. Maka dari itu kami mohon kritik dan sarah yang membangun agar kami
sebagai penulis dapat lebih baik kedepannya.
Ucapan terima kasih kami ucapkan pertama sekali kepada Drh. Dian Masyitha, M.Sc selaku koordinator dan dosen pembimbing mata kuliah Embriologi, kemudian kepada asisten pendamping saudari Eni Agustina yang telah memberikan ilmunya kepada kami, ucapan terima kasih kami juga tertuju pada asisten laboratorium embriologi yang lain dan tentunya kepada teman-teman anggota kelompok C pada gelombang tiga. Terima kasih.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Setelah
proses fertilisasi lalu implantasi di uterus, lama
kebuntingan dipengaruhi oleh jenis kelamin anak, iklim, kondisi makanan dan
umur induk. Lalu perkembangan fetus juga
dipengaruhi oleh faktor genetik (spesies, bangsa, ukuran tubuh, dan genotip),
faktor lingkungan (induk dan plasenta) serta faktor hormonal. Perkiraan umur
foetus dapat didapatkan dari hasil pengukuran panjang tubuh foetus melalui dua
cara:
1. Curve crown-Rump (CC-R)
2. Straight crown-Rump (SC-R)
Namun dengan seiring berkembangnya teknologi yang makin modern, maka perkiraan umur foetus dan bentuk fisiknya dapat terlihat dengan batuan berbagai macam alat canggih seperti:
1. Roentgenografi,
2. Computed
Tomography (CATscan),
3. Magnetic
Resonance Imaging (MRI),
4. fluoroscopy,
5. biopsi, dan
6. ultrasonography (USG)
Roentgenografi (X-ray) dapat digunakan dalam mendiagnosa kebuntingan pada hewan kecil khususnya anjing. Namun diagnosa dapat dilakukan setelah terbentuknya kalsifikasi atau pertulangan pada fetus yaitu pada umur kebuntingan 15 hari (Robert. 1971).
Mengetahui panjang, berat, dan umur foetus.
C. Manfaat Praktikan dapat mengetahui ataupun memperkirakan umur foetu dari berat dan ukuran panjang tubuhnya. Serta setelah mengetahui umurnya, praktikan juga dapat mengetahui perkembangan apa yang terjadi pada foetus dari waktu ke waktu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori mengenai perkembangan
embrionikadalah epigenesist, yang aslinya telah diusulkan 2000 tahun sebelumnya
oleh Aristoteles. Menurut ide ini seekor hewan muncul secara perlahan-lahan
dari sebuah sel telur yang relative tanpa bentuk. Setelah mikroskop berkembang
lebih paik selama abad kesembilan belas, para ahli biologi dapat melihat bahwa
embrio terbentuk dalam serangkaian tahapan progresif, dan epigenesist
menggantikan praformasi sebagai penjelasan yang lebih disukai para ahli
emriologi.
Kebuntingan
adalah suatu keadaan pada seekor hewan betina yang memiliki janin yang sedang
berkembang didalam uterusnya. Suatu interval waktu yang disebut periode
kebuntingan (gestasi) terentang dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum sampai
lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi, nidasi atau implantasi,
perkembangan fetus dan pertumbuhan fetus (Frandson 1992). Menurut Salisbury
& VanDemark (1985) kebuntingan terdiri dari 3 tahap, yaitu periode ovum,
periode embrio, dan periode fetus. Periode ovum pada sapi merupakan interval
antara pembuahan sampai kira-kira hari ke-12 masa kebuntingan. Periode embrio
dimulai pada kebuntingan dengan umur 13 hari sampai 45 hari. Periode fetus,
interval antara umur kebuntingan 46 hari sampai saat lahir
Periode
kebuntingan dan partus dilaporkan dapat menyebabkan munculnya stress fisiologis
(Azab & Maksoud 1999 dalam Widhyari 2005). Dalam kondisi stres terjadi
realokasi energi metabolik dari aktifitas investasi (seperti pertumbuhan dan
reproduksi) menjadi aktifitas untuk memperbaiki homeostasis (Wendelaar 1997
dalam Widhyari 2005). Munculnya stres dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti
trauma, rasa sakit, emosi, depresi, perubahan lingkungan, pakan, perubahan
fisiologis. Stres fisiologis sering terjadi pada periode sekitar partus (Wallar
2000).
Lama kebuntingan
arialah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai teljadinya kelahiran
normal (Jaenudeen dan Hafez, 2000). Lama kebuntingan ini berbeda dari satu
bangsa ternak ke bangsa ternak lainnya (Devendra et
al., 1973). Lama kebuntingan tersebut dipengaruhi oleh jenis kelamin anak,
iklim, kondisi makanan dan umur induk (Djagra et al., 1979). Selanjutnya
ditambahkan oleh Jainudeen dan Hafez (2000) bahwa pertumbuhan dan perkembangan
fetus juga dipengaruhi oleh faktor genetik (spesies, bangsa, ukuran tubuh, dan
genotip), faktor lingkungan (induk dan plasenta) serta faktor hormonal.
Jenis
kelamin anak yang dilahirkan ditentukan pada saat fertilisasi (Berry dan
Cromie, 2007) dengan hanya ada kombinasi antara satu gamet maternal dan dua
gamet paternal yang menghasilkan
kemungkinan 50% jantan dan 50% betina (Krzyzaniak dan Hafez, 1987).
Kelenjar hormon yang terlibat dalam fase kebuntingan: corpus luteum, plasenta, folikel, hipotalamus dan hipofisa. Kelenjar endokrin yang lain, misalnya thyroid, adrenal dan sebagainya merupakan kelenjar endokrin yang menunjang ke lima kelenjar endokrin yang disebutkan terlebih dahulu. Dari ke lima kelenjar endokrin yang disebut ini, kelenjar hipotalamus dan kelenjar hipofisa merupakan kelenjar pengatur, sedang yang memegang peran utama adalah korpus luteum sebagai penghasil progesteron, plasenta sebagai penghasil progesteron dan estrogen dan folikel sebagai penghasil estrogen. Peranan folikel sebagai penghasil estrogen pada waktu hewan betina dalam keadaan bunting hanya jelas pada kuda, sedangkan pada spesies lain folikel tidak tumbuh atau hanya sekali-kali dijumpai pada sapi (Partodihardjo, 1982)
Pendugaan
umur foetus sapi berdasarkan CRL
CRL
(cm)
|
Hari
|
7
|
62
|
9,2
|
69
|
15
|
87
|
17
|
93
|
20
|
108
|
21
|
109
|
28
|
123
|
35
|
146
|
39
|
150
|
40
|
159
|
41
|
165
|
51
|
174
|
59
|
200
|
80
|
245
|
Perkembangan teknologi masa kini telah menghadirkan alat-alat yang dapat mempermudah dalam menegakkan suatu diagnosa, antaral ain Roentgenografi, Computed Tomography (CATscan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), fluoroscopy, biopsi, dan ultrasonography (USG) (Bartgesetal. 2007).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
2. Wadah Alumunium
3. Penggaris
4. Pinset
5. Preparat foetus yang sudah diawetkan
3.2
Cara Kerja
1. Letakan preparat Foetus diatas wadah
alumunium.
2. Lakukanlah
pengukuran foetus dengan dua cara: Curved Crown-Rump(CC-R) dan Straight Crown-Rump (SC-R)
3. Pengukuran CC-R
dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor
membentuk garis kurva sampai “forhead”.
4. Pengukuran SC-R
delakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor
membentuk garis lurus sanpai “forhead”, dan cara inilah yang lazim dipakai.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil yang kami
peroleh pada praktikum cara mengukur panjang foetus adalah:
PENGUKURAN SECARA SCR
Maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Metode
|
Umur
|
Panjang
Tubuh
|
Panjang
|
Rasio
|
Panjang
|
Rasio
|
||||
K
|
B
|
K
|
B
|
KD
|
KB
|
KD
|
KB
|
|||
CC-R
|
4,1bulan
|
27,3cm
|
8cm
|
19,3cm
|
1
|
2,41
|
11cm
|
18cm
|
1
|
1,63
|
SC-R
|
25,5cm
|
7,5
|
18cm
|
1
|
2,4
|
7,5cm
|
11,5cm
|
1
|
1,53
|
Berdasarkan tabek yang telah kami cantumkan di Bab II tentang perkiraan umur foetus berdasarkan pengukuran CRL dapat disimpulkan bahwa sapi berumur sekitar 123 hari atu 4,1 bulan.
Periode
kebuntingan dapat di bagi secara kasar dalam tiga bahagian, berdasarkan ukuran
individu dan pekembangan jarigan dan organnya. Ketiga periode itu adalah ovum,
embrio dan foetus. Periode ovum atau blastula berlangsung 10 – 12 hari, selak
waktu pembuahan yang biasanya terjadi beberapa jam sesudah ovulasi sampai
pembentukan membrane zygote dalam uterus. Periode embrio atau organogenesis
berlangsung 12 – 45 hari masa kebuntingan.
Selama
periode ini, organ dan system utama tubuh berbentuk dan terjadi perubahan-
perubahan dalam bentuk tubuh sehingga pada akhir periode ini spesies embrio
tersebur dapat dikenal.
Periode
foetus dan pertumbuhan foetus berlangsung dari hari ke-45 masa kebuntingan
sampai partus. Selama periode ini terjadi perubahan- perubahan kecil dalam
diferensiasi organ, temuan, dan system bersamaan dengan pertumbuhan dan
pematangan individu antenatal. Selama periode ini caruncel dan cotyledon
berkembang dan membesar untuk mensuplai makanan bagi foetus. Pertambahan berat
foetus dari hari ke-120 sampai hari ke-270 adalah tiga kali lebih besar dari
pada pertambahan berat badan dari waktu pembuahan sampai hari ke-120 masa
kebuntingan. Pada permulaan periode foetus terbentuk kelopak mata, osifikasi
tulang dimulai, dan perubahan- perubahan cepat terjadi pada rupa dan ukuran
kaki.
Pada
masa akhir kebuntingan anak ternak yang normal telah berkembang sedemikian rupa
sehingga ia sanggup hidup di lingkungan cairan dan saluran pencernaan serta
saluran pernafasannya siap untuk mulai fungsi dan tanggung jawabnya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pengukuran panjang foetus dapat
dilakukan dengan metode CC-R dan SC-R.
2.
Foetus yang kami ukur panjangnya dan
kami sesuaikan umurnya sekitar 4,1 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Prasojo,Gatot.2010.Jurnal Veteriner (jurnal kedokteran hewan
Indonesia).IPB press.Bogor
Reece, Campbell.2004.Biologi.Erlangga.Jakarta
Shehzad,Khalid.2006.Fetal biometry. Ziauddin Medical University Press.Clifton,
Karachi.
Setijanto,H.2008. Mikroanatomi Testis Fetus Sapi.IPB Press.Bogor
Sumantri.N.F.M.2009.Profil leukosit
sapi Friesian Holstein (FH) binting yang divaksin dengan vaksin Avian Infulenza
(AI) ainaktif subtype H5N1.IPB Press.Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar